PERUBAHAN POLA PENYAKIT INDONESIA
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.4 Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.5
Pola kejadian penyakit saat ini sudah mengalami perubahan
yang di tandain dengan transisi Epidemiologi. Secara garis besar transisi
Epidemiologi adalah perubahan pola penyakit dan kematian yang semula di
dominasi oleh penyakit infeksi beralih ke penyakit non- infeksi/ penyakit tidak
menular. Perubahan pola penyakit sangat di pengaruhi oleh keadaan demografi
(pendididkan, umur, jenis kelamin ), sosial ekonomi (pendapatan pendududk),
sosial budaya (adat istiadat).
Menurut anies (2006) penyakit tidak menular adalah penyakit
yang tidak bisa dapat di sebarkan dari seseorang terhadap orang lain secara
langsung, sebagian muncul ketika lahir, sedangkan lainnya disebabkan oleh gaya
hidup dan lingkungan, diantaranya adalah asma, talasemia, autis, penyakit
jantung, diabetes melitus, stroke , kanker (profil pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan tahun 2006).
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah
kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin
meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus
dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Hal tersebut
disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat
membuka Temu Nasional Strategi Kemitraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
dalam Penguatan Sistem Kesehatan pada Era desentralisasi di Jakarta, Kamis 18
Agustus 2011. Hasil pertemuan ini akan menjadi bahan masukan bagi delegasi
Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Tinggi tentang PTM di Majelis Umum PBB, New
York, September 2011.Dalam sambutannya Menkes menjelaskan, proporsi angka
kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada
tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh
penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker,
dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan
dan perdesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat
stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan
sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia
produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi
(31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%). Menkes
mengatakan, PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang
tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007
melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6%
kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
No comments:
Post a Comment